Bacaan Injil:
Pada suatu kali banyak orang
berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. Sambil berpaling Ia
berkata kepada mereka: "Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak
membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki
atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Barangsiapa
tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Sebab
siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk
dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan
pekerjaan itu? Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat
menyelesaikannya, jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia, sambil
berkata: Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak sanggup menyelesaikannya. Atau,
raja manakah yang kalau mau pergi berperang melawan raja lain tidak duduk
dahulu untuk mempertimbangkan, apakah dengan Jikalau tidak, ia akan mengirim
utusan selama musuh itu masih jauh untuk menanyakan syarat-syarat perdamaian.sepuluh
ribu orang ia sanggup menghadapi lawan yang mendatanginya dengan dua puluh ribu
orang? Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan
dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.
Renungan:
Kabar gembira yang kita renungkan bersama pada hari
Minggu ini berbicara tentang ciri seorang murid yang baik. Sebagaimana lazim
dalam kehidupan kita setiap hari, kita memiliki penilaian masing-masing tentang
bagaimana seharusnya seseorang bersikap, berkata dan berpikir dalam sebuah
kelompok tertentu. Seseorang akan dikatakan baik bila ia jujur dan setia dalam
menjalankan tugas dan menegakkan aturan-aturan yang ada. Banyak kali kita
temukan adanya penyimpangan dalam kehidupan bersama karena orang tidak mampu
untuk menjalankan perannya dengan baik. Misalnya seorang pemimpin tidak sanggup
untuk menjadi pemimpin yang baik karena ia tidak berpegang pada tata cara yang
ada dan ia lebih mementingkan keinginan pribadinya atau seleranya. Sepasang
suami istri gagal dalam membangun sebuah rumah tangga karena tidak mengikuti
aturan main sebagai seorang suami yang baik dan juga sebagai seorang istri yang
baik. Demikian pun seorang pelajar atau seorang mahasiswa gagal dalam tugas
belajarnya karena menomorduakan kegiatan belajarnya yang sebenarnya adalah
tugas pokok atau tugas utamanya. Kegagalan-kegagalan ini sebenarnya terjadi
karena orang sering lupa akan jati dirinya, lupa akan status yang diembannya, lalai
dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.
Penginjil Lukas dalam warta sabdanya pada hari ini
mengingatkan melalui sabda Yesus bagaimana kita menjadi seorang murid Kristus
yang sejati. Ada beberapa kriteria agar seseorang dapat disebut sebagai Murid
Kristus yang baik yaitu: menomorsatukan Kristus/ mengutamakan Kristus ketimbang
hal-hal lain, berani untuk memikul salib dan mengikuti Yesus. Menomorsatukan Kristus
berarti menomorduakan yang lainnya, bahkan secara radikal Yesus berkata
termasuk nyawa kita pun dinomorduakan demi Kristus. Ini berarti bahwa untuk
menjadi seorang murid Kristus berarti harus total dan utuh, berani untuk
melepaskan diri dari ikatan-ikatan yang membelenggu diri atau tanpa syarat. Tanpa
ini kita tidak bisa disebut sebagai seorang murid Kristus yang baik dan sejati.
Mengapa Yesus mengungkapkan syarat-syarat ini? Karena Yesus ingin agar relasi
kita dengannya tidak terhalangi oleh berbagai macam hal yang bisa menjauhkan
kita dari diriNya sendiri. Lebih dari itu Yesus menginginkan kita para
pengikutnya untuk menyerahkan diri seutuhnya. Tiada murid Kristus tanpa salib,
tiada salib tanpa kesetiaan, tiada kesetiaan tanpa cinta yang utuh dan tak
terbagi. Cinta pada Kristus dapat terungkap dalam keseharian hidup kita dengan
memikul salib-salib yang ada dalam kehidupan kita setiap hari untuk bergerak
menuju pada sebuah kemenangan yang abadi.
Pengungkapan cinta yang total pada Kristus dapat
terungkap dalam keseharian hidup kita. Dengan berusahalah untuk menjadi seorang
pastor yang baik, menjadi seorang suami istri yang baik dan bertanggungjawab
untuk masa depan keluarga terutama anak-anaknya, menjadi seorang pelajar atau
seorang mahasiswa yang baik. Menjadi seorang pemimpin yang baik di tengah
komunitas atas dalam masyarakat. Dengan ini kita telah menjadi murid Kristus
yang sejati dan kita telah menjalankan misi sebagai murid Kristus yaitu
menghadirkan kebaikan dan menghadirkan cinta kasih yang sejati di dalam dunia
ini. Kita telah menghadirkan wajah Allah yang penuh cinta dan kesetiaan di
tengah dunia yang mulai pudar warna cinta dan kebaikan ini. Kiranya Tuhan
senantiasa melimpahi berkat yang melimpahkan berkatNya yang melimpah untuk kita
murid-muridNya, amin. salam Visio Beatifica!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar