Minggu, 29 September 2013

Sebuah refleksi menjelang HUT ke 4 tahbisan dan Pesta St. Theresia dari Kanak Kanak Yesus

RIWAYAT HIDUP SANTA THERESIA DARI KANAK-KANAK YESUS

Theresia Martin demikian nama baptisnya, dilahirkan di kota Alençon, Perancis, pada tanggal 2 Januari 1873. Ayahnya bernama Louis Martin dan ibunya Zelie Guerin. Pasangan tersebut dikarunia sembilan orang anak, tetapi hanya lima yang bertahan hidup hinga dewasa. Kelima bersaudara itu semuanya puteri dan semuanya menjadi biarawati!

Ketika Theresia masih kanak-kanak, ibunya terserang penyakit kanker. Pada masa itu, mereka belum memiliki obat-obatan dan perawatan khusus seperti sekarang. Para dokter mengusahakan yang terbaik untuk menyembuhkannya, tetapi penyakit Nyonya Martin bertambah parah. Ia meninggal dunia ketika Theresia baru berusia empat tahun.

Sepeninggal isterinya, ayah Theresia memutuskan untuk pindah ke kota Lisieux, di mana kerabat mereka tinggal.  Di dekat sana ada sebuah biara Karmel di mana para suster berdoa secara khusus untuk kepentingan seluruh dunia. Ketika Theresia berumur sepuluh tahun, seorang kakaknya, Pauline, masuk biara Karmel di Lisieux. Hal itu amat berat bagi Theresia. Pauline telah menjadi "ibunya yang kedua", merawatnya dan mengajarinya, serta melakukan semua hal seperti yang dilakukan ibumu untuk kamu. Theresia sangat kehilangan Pauline hingga ia sakit parah. Meskipun sudah satu bulan Theresia sakit, tak satu pun dokter yang dapat menemukan penyakitnya. Ayah Theresia dan keempat saudarinya berdoa memohon bantuan Tuhan. Hingga, suatu hari patung Bunda Maria di kamar Theresia tersenyum padanya dan ia sembuh sama sekali dari penyakitnya!

Suatu ketika, Theresia mendengar berita tentang seorang penjahat yang telah melakukan tiga kali pembunuhan dan sama sekali tidak merasa menyesal. Theresia mulai berdoa dan melakukan silih bagi penjahat itu (seperti menghindari hal-hal yang ia sukai dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang kurang ia sukai). Ia memohon pada Tuhan untuk mengubah hati penjahat itu. Sesaat sebelum kematiannya, penjahat itu meminta salib dan mencium Tubuh Yesus yang tergantung di kayu salib. Theresia sangat bahagia!  Ia tahu bahwa penjahat itu telah menyesali dosanya di hadapan Tuhan.

Theresia sangat mencintai Yesus. Ia ingin mempersembahkan seluruh hidupnya bagi-Nya. Ia ingin masuk biara Karmel agar ia dapat menghabiskan seluruh harinya dengan bekerja dan berdoa bagi orang-orang yang belum mengenal dan mengasihi Tuhan. Tetapi masalahnya, ia terlalu muda. Jadi, ia berdoa dan menunggu dan menunggu dan berdoa. Hingga akhirnya, ketika umurnya lima belas tahun, atas ijin khusus dari Paus, ia diijinkan masuk biara Karmelit di Liseux.

Apa yang dilakukan Theresia di biara? Tidak ada yang istimewa. Tetapi, ia mempunyai suatu rahasia: CINTA. Suatu ketika Theresia mengatakan, "Tuhan tidak menginginkan kita untuk melakukan ini atau pun itu, Ia ingin kita mencintai-Nya." Jadi, Theresia berusaha untuk selalu mencintai. Ia berusaha untuk senantiasa lemah lembut dan sabar, walaupun itu bukan hal yang selalu mudah. Para suster biasa mencuci baju-baju mereka dengan tangan. Seorang suster tanpa sengaja selalu mencipratkan air kotor ke wajah Theresia. Tetapi Theresia tidak pernah menegur atau pun marah kepadanya. Theresia juga menawarkan diri untuk melayani suster tua yang selalu bersungut-sungut dan banyak kali mengeluh karena sakitnya. Theresia berusaha melayani dia seolah-olah ia melayani Yesus. Ia percaya bahwa jika kita mengasihi sesama, kita juga mengasihi Yesus. Mencintai adalah pekerjaan yang membuat Theresia sangat bahagia.

Hanya sembilan tahun lamanya Theresia menjadi biarawati. Ia terserang penyakit tuberculosis (TBC) yang membuatnya sangat menderita. Kala itu belum ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit TBC. Dokter hanya bisa sedikit menolong. Ketika ajal menjelang, Theresia memandang salib dan berbisik, "O, aku cinta pada-Nya, Tuhanku, aku cinta pada-Mu!" Pada tanggal 30 September 1897, Theresia meninggal dunia ketika usianya masih duapuluh empat tahun. Sebelum wafat, Theresia berjanji untuk tidak menyerah pada rahasianya. Ia berjanji untuk tetap mencintai dan menolong sesama dari surga. Sebelum meninggal Thresia mengatakan, "Dari surga aku akan berbuat kebaikan bagi dunia." Dan ia menepati janjinya! Semua orang dari seluruh dunia yang memohon bantuan St. Theresia untuk mendoakan mereka kepada Tuhan telah memperoleh jawaban atas doa-doa mereka.

Setelah wafat, Theresia menjadi terkenal karena buku yang ditulisnya "Kisah Suatu Jiwa," yang diterbitkan satu tahun setelah wafatnya (di Indonesia diterjemahkan dengan judul: 'Aku Percaya akan Cinta Kasih Allah'). Theresia dikanonisasi pada tahun 1925 oleh Paus Pius X. Ia dikenal dengan sebutan Santa Theresia dari Kanak-kanak Yesus atau Santa Theresia si Bunga Kecil. St. Theresia bersama-sama dengan St. Jeanne d'Arc diberi gelar Pelindung Perancis. Selain itu St. Theresia bersama-sama dengan St. Fransiskus Xaverius diberi gelar Pelindung Misionaris.  Baru-baru ini, tanggal 19 Oktober 1997, Theresia juga menjadi wanita ke-3 yang diberi gelar Doktor Gereja. Kalian dapat mohon bantuannya mengenai apa saja. Ia pernah berjanji  akan melimpahi kita dengan bunga-bunga mawar dari surga dan memang, sejak kematiannya banyak mukjizat yang terjadi berkat bantuan doanya. Pestanya dirayakan setiap tanggal 1 Oktober.




TEMA:
SANTA THERESIA; MAWAR KECIL DI TANGAN TUHAN

SUB TEMA:
BELAJAR BERIMAN BERSAMA “SANG MAWAR KECIL” SANTA THERESIA DARI KANAK-KANAK YESUS


Bacaan injil : Matius 18:1-5




Ada sebuah ungkapan terkenal dalam bahasa Jerman yang bunyinya demikian: liebe wir nur  dutch, liebe verdofelt. Artinya cinta hanya bisa diperganda dengan cinta. Ungkapan ini dibahasakan dalam bentuk yang lain dalam bacaan injil  yang kita bacakan bersama tadi pada  kata-kata Yesus, “barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku”. Seorang anak  yang identik dengan kepolosan, hanya akan merasa dekat dan akrab dengan orang yang sungguh-sungguh mampu untuk menyenangkan hatinya. Secara psikologis, hal ini dilihat sebagai sebuah kewajaran karena seorang anak pada hakekatnya membutuhkan rasa nyaman dari orang atau keadaan di sekitarnya. Yesus menonjolkan figur seorang anak dalam kisah injil tadi untuk menegaskan tentang pentingnya semangat kerendahan hati yang dibingkai dalam rasa kebergantungan atau mengandalkan Allah secara mutlak dalam kehidupan seorang murid Kristus. Kebergantungan itu dimaknai secara positif yaitu mengandalkan kekuatan Allah dan  itu berarti menyadari keterbatasan yang ada dalam diri, kerapuhan yang ada dalam hidup, ketidakberdayaan di hadapan Allah. Bila seseorang telah mengantungkan dan menyerahkan seluruh hidupnya pada Allah maka Allah akan memperganda cintanya dan manusia hendaknya sanggup pula untuk membalas cinta  Allah dengan cinta yang utuh dari hati yang bebas.  Inilah sisi lain dari makna cinta agape seorang murid Kristus.
Hal inilah yang diungkapkan secara istimewa oleh Santa Theresia dalam cara hidupnya, melalui kebergantungannya yang total kepada Yesus  dan melalui jalan hidupnya yang sederhana namun penuh cinta. Cintanya pada Yesus  terungkap dengan begitu indah dalam cintanya kepada sesama. Ia memperganda cinta Yesus kepada dirinya dengan banyak mencintai orang lain dengan kecil jalan-jalan kecil atau melalui hal-hal kecil. Meski ia seorang gadis kecil yang tak berarti dalam pandangan orang di sekitarnya namun dia mempunyai cinta yang besar yang tidak dimiliki orang lain. Di sinilah letak iman yang begitu mendalam dari Santa Theresia ini. Ia  mampu untuk mengubah hal-hal yang kecil menjadi istimewa karena iman yang didorong oleh cintanya yang begitu kuat kepada Yesus.
Sepanjang hidupnya, Teresia menanamkan dalam dirinya kemurahan hati yang mantap dan kesetiaan yang teguh tak tergoyahkan untuk mencapai apa yang menyenangkan bagi Tuhan. Niatnya senantiasa tidak berubah untuk melakukan kehendak Tuhan dan untuk tidak memiliki kehendak lain selain kehendak Allah.
Karena cintanya yang begitu besar akan kehendak ilahi itulah yang mendorongnya untuk berusaha sebaik mungkin untuk menjalani hidup religius dalam seluruh kesempurnaannya: kemurnian, ketaatan dan kemiskinan. Dia memiliki hasrat yang begitu besar untuk menderita, karena menurutnya hal itu merupakan bukti yang paling mulia dalam memberi arti pada cinta kasih yang sejati.
Ia akhirnya sampai pada satu kesimpulan bahwa ada suatu tingkatan cinta kasih yang bahkan lebih tinggi daripada keinginan untuk menderita.  “Tak ada satupun kerinduan lain selain mencintai Yesus sampai ‘gila’. Ya, cinta itu sajalah yang menarik aku. Aku tidak lagi merindukan penderitaan atau kematian, walaupun aku masih mencintai keduanya. Aku telah merindukan hal ini untuk waktu yang lama. Aku telah menderita dan mendekati ajalku... Sekarang, penyerahan diri adalah satu-satunya jalanku. Aku tidak lagi dapat dengan begitu kuatnya untuk mengharapkan apapun juga selain kehendak Allah yang terjadi seutuhnya dalam jiwaku.”  Demikian Santa Theresia membahasakan rasa kebergantungannya secara mutlak pada Yesus.
Dan diilhami oleh S. Yohanes Salib, ia menyimpulkan: “Muderku, betapa manisnya jalan cinta kasih itu! Tak dapat disangkal, kita semua dapat jatuh, untuk gagal dalam bertekun, namun cinta kasih mengetahui bagaimana caranya untuk menarik keuntungan dan segala sesuatu. Ia dengan cepat menghilangkan segala sesuatu yang mungkin tidak menyenangkan hati Yesus, meninggalkan hanya suatu kerendahan hati dan rasa damai yang sangat mendalam di dalam lubuk hati kita.”
Penyerahan diri dan mengandalkan kekuatan Allah, menjadi aturan tetap dan tindakan Sta Theresia. Jelaslah bahwa watak semacam ini adalah suatu watak yang kuat. Apapun motivasi atau cinta yang mungkin mengilhami kita dalam kegiatan-kegiatan kita, tidak ada bukti yang lebih besar dari cinta kasih dan kepercayaan di dalam Tuhan daripada penyerahan diri secara total kepada-Nya. Tidak ada cara yang lebih baik untuk menghormati-Nya selain mengakui Dia sebagai pemegang peran utama dalam diri  dan hidup kita sendiri.
 Allah memiliki rencana-rencana yang khusus bagi setiap orang dan Dia sendiri yang mengetahuinya. Pada saat kita mencoba menuntun jalan kita sendiri, kita justru menghambat karya Allah, karena campur tangan dan penyimpangan kita dan jalan yang telah ditentukan Allah bagi kita; Sebaliknya jika kita menyerahkan diri kepada Allah, kita berjalan pada jalan yang aman. Kita memasuki jalan yang paling singkat untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan-Nya bagi kita.
Sta. Theresia berpendapat bahwa penerimaan yang menyeluruh dan tanpa syarat akan kehendak Allah adalah sarana yang paling tepat untuk menjaga kedamaian jiwa kita. “Hatiku penuh dengan kehendak Allah sehingga seolah-olah tidak ada sesuatupun yang dapat masuk di dalamnya, sekalipun dipaksa. Aku senantiasa tinggal dalam rasa damai tanpa ada yang dapat mengusikku.”
Akhirnya Teresia meneguhkan bahwa supaya dapat mengerti rencana Allah, ia selalu mengarahkan pandangannya kepada Yesus agar dapat mengerti apa yang paling menyenangkan hati-Nya. Inilah yang disebutnya sebagai kerinduan yang kudus.
Selanjutnya, ia menyerahkan kerinduan-kerinduannya itu kepada “Perawan Terberkati”.Hal itu merupakan kebiasaannya, apabila ia merasa kurang yakin akan keputusannya—apakah dengan keputusannya itu ia dapat menyenangkan Tuhan. Ia berkata, “Memohon sesuatu kepada ‘Perawan Terberkati’, tidak sama seperti memohon kepada Tuhan yang baik. Bunda Maria sungguh tahu untuk memperlakukan keinginan kecilku ini, apakah ia akan meneruskan kepada Putera Ilahinya atau tidak... Akhirnya, semuanya itu menjadi hak bagi Bunda Maria untuk menelitinya agar Tuhan yang baik tidak perlu terpaksa mendengarkan aku, namun Tuhan bebas memperlakukan aku seturut kehendakNya.”
Karena kemajuannya dalam penyerahan diri, Teresia mengalami kebahagiaan yang sempuma. “Aku tidak merasa kecewa, karena aku senang akan apa yang Tuhan lakukan.”
Itulah sikap iman sta. Theresia yang mampu menghadirkan diri dan cintanya sebagaimana layaknya seorang anak kecil di hadapan Allah. “Barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Allah”.  Meskipun kecil Sta. Theresia menjadi besar karena kerendahan hatinya dan karena cintanya yang besar kepada Allah.  Amin

 http://www.indocell.net/yesaya/1x1.gif
                                                                          
PERTANYAAN REFLEKSI:

1.      Sering kita merasa gelisah dengan hidup terutama dengan panggilan hidup kita. Kita membentuk banyak keinginan dan membuat perhitungan matematis, untung dan rugi. Kita menyerahkan kepada Tuhan segala macam permohonan tanpa mempertimbangkannya apakah selaras dengan kehendak Tuhan. Kadang-kadang, kita ingin merencanakan hidup kita dan mengatur segalanya menurut kehendak kita sendiri. Di lain pihak, kita khawatir akan masa lampau atau gelisah akan masa depan. Setelah merenungkan teladan dari St. Teresia ini, kita bertanya pada diri kita masing-masing, apakah selama ini kita mengandalkan kekuatan dari Tuhan ataukah lebih banyak kita mengandalkan kekuatan dari yang lain dan juga kekuatan dari diri kita masing-masing?
2.      Tuhan punya banyak rencana yang penuh belas kasih terhadap kita. Dia telah meninggalkan semuanya demi kebaikan kita. Seandainya kita sungguh-sungguh menyerahkan diri kepada-Nya, dengan penuh kesetiaan melaksanakan kehendak-Nya. Apa pun jalan kita yang dituntun-Nya, dan bencana-bencana yang kita alami, kita akan melangkah dalam damai dan mencapai peristirahatan yang telah disiapkan bagi kita. Kita lantas bertanya diri, apakah selama ini kita sudah mampu untuk bekerja sama dengan tawaran rahmat dari Allah yang berlimpah untuk kita ataukah kita banyak kali menolak tawaran rahmat itu sendiri?
3.      Santa Theresia seorang gadis yang sederhana dengan `jalan kecilnya' yang istimewa.  Ia menunjukkan bahwa kekudusan dapat dicapai oleh siapa saja betapa pun rendah, hina dan biasanya orang itu. Caranya ialah dengan melaksanakan pekerjaan-pekerjaan kecil dan tugas sehari-hari dengan penuh cinta kasih murni kepada Tuhan.  Mampukah kita mengikuti jalan kecil Santa Theresia ini dalam hidup kita setiap hari, terutama dalam cinta, penyerahan diri dan kaul-kaul yang kita hidupi?





DOA

O Santa Theresia dari Kanak-Kanak Yesus
tolong petikkan bagiku sekuntum mawar
dari taman surgawi dan
kirimkan padaku dengan suatu amanat cinta.
O Bunga Kecil dari Yesus
mintalah kepada Allah hari ini
untuk menganugerahkan rahmat yang sangat kubutuhkan ………
(katakan kepada St. Theresia permohonanmu)
Santa Theresia, bantulah aku untuk senantiasa percaya
kepada belaskasih Allah yang sedemikian besar,
sebagaimana telah engkau wujudkan di dalam hidupmu,
sehingga aku boleh mengikuti 'Jalan Kecil'mu setiap hari.
                                                                        Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar